“Ustadz, sebagai manusia biasa, kadang terlintas di hati bahwa aku adalah orang yang terbaik di antara mereka. Bagaimana cara mengatasinya? Apa yang harus kulakukan? Aku tahu hal itu tidak boleh”.
Begitu bunyi SMS yang penulis terima dari salah satu jamaah pengajian, beberapa waktu yang lalu.
Sebelum penulis bahas solusi penyakit hati tersebut di atas, perlu kiranya dijelaskan duduk permasalahan ini. Sebab mungkin ada juga di antara pembaca yang bertanya-tanya, “Apa salahnya, kita merasa paling baik. Toh kita sudah berusaha untuk memperbaiki diri! Bukankah itu konsekwensi hasil dari sebuah usaha?”. (lebih…)